Taman Nasional Tesso Nilo

Pesona Anggrek Mikro Flickingeria bandana (J.J.Smith) di Taman Nasional Tesso Nilo

Anggrek Mikro merupakan kelompok anggrek yang memiliki ukuran kecil atau miniatur. Meskipun kecil, mereka tetap menampilkan karakteristik morfologi yang unik seperti bentuk bunga yang menarik, warna yang mencolok, dan aroma yang khas. Anggrek mikro biasanya ditemukan di habitat epifit (hidup menempel pada batang pohon) atau terestrial (tumbuh di tanah), terutama di hutan-hutan tropis yang lembap.

Gambar 1. Anggrek Mikro Flickingeria bancana

Keanekaragaman anggrek mikro di Indonesia sangat tinggi, dengan berbagai spesies tersebar di berbagai wilayah, mulai dari dataran rendah hingga pegunungan. Contoh anggrek mikro yang cukup dikenal di Indonesia adalah Phalaenopsis pantherina yang tumbuh baik di iklim mikro dengan suhu antara 23°-26°C. Anggrek mikro sering kali memerlukan tingkat kelembaban yang stabil dan naungan dari sinar matahari langsung, membuatnya sering ditemukan di lantai hutan di bawah kanopi pohon yang lebat.

Secara umum, anggrek mikro memiliki potensi besar dalam hortikultura dan konservasi karena ukuran mereka yang kompak membuatnya menarik untuk dijadikan tanaman hias indoor, sementara keberadaannya di alam berkontribusi terhadap keanekaragaman ekosistem hutan tropis. Slah satu spesies yang termasuk kedalam golongan anggrek mikro adalah Flickingeria bancana (J.J.Smith). Flickingeria bancana adalah salah satu spesies anggrek dari keluarga Orchidaceae yang memiliki keunikan tersendiri dalam ekosistem tempatnya tumbuh. Anggrek ini dikenal dengan nama sinonimnya Dendrobium bancanum, yang pertama kali dideskripsikan oleh J.J. Smith dan kemudian diklasifikasikan ulang oleh A.D. Hawkes pada tahun 1965. Seperti kebanyakan anggrek epifit, Flickingeria bancana hidup dengan menempel pada pepohonan di hutan hujan tropis, memanfaatkan struktur pohon untuk mendapatkan sinar matahari dan air melalui kelembapan udara.

Gambar 2. Struktur Morfologi Anggrek

Spesies ini terutama ditemukan di wilayah Asia Tenggara, terutama di Sumatra, Indonesia. Keberadaannya di habitat alami sering kali terganggu oleh perusakan hutan tropis yang berakibat pada hilangnya plasma nutfah dan spesies epifit seperti Flickingeria bancana. Kelestarian spesies ini sangat bergantung pada pelestarian hutan dan ekosistem di wilayah tersebut. Secara morfologis, Flickingeria bancana memiliki batang yang tebal dan pendek dengan daun-daun yang memanjang dan berwarna hijau. Bunga yang dihasilkan biasanya berukuran kecil, dengan warna yang bervariasi dari putih hingga kekuningan, dan memiliki nilai estetika yang tinggi. Anggrek ini merupakan salah satu contoh tumbuhan hias yang sangat diminati karena keindahannya.

Ekologi Flickingeria bancana sangat bergantung pada simbiosis mikoriza, di mana akar anggrek ini membentuk hubungan mutualistik dengan jamur tanah. Hubungan ini membantu anggrek menyerap nutrisi yang tidak tersedia di lingkungan epifitnya. Proses ini penting dalam kelangsungan hidup anggrek di hutan-hutan tropis yang sering kali memiliki tanah yang miskin unsur hara. Penelitian yang dilakukan pada berbagai anggrek epifit menunjukkan bahwa anggrek seperti Flickingeria bancana dapat menjadi indikator kesehatan ekosistem hutan tropis. Keberadaan mereka menunjukkan bahwa lingkungan tersebut masih mendukung spesies yang sensitif terhadap perubahan ekosistem.

Gambar 3. Fase Generatif Anggrek Flickingeria bancana

Sayangnya, spesies ini, seperti banyak anggrek lainnya, menghadapi ancaman serius dari deforestasi dan perubahan penggunaan lahan. Hilangnya habitat alami dapat mengurangi populasi Flickingeria bancana secara drastis, mengingat anggrek ini sangat tergantung pada hutan primer yang masih utuh. Selain itu, praktik perdagangan ilegal tanaman hias juga menjadi ancaman bagi spesies ini. Banyak anggrek yang diambil secara liar dari habitatnya untuk dijual sebagai tanaman hias di pasar internasional. Upaya konservasi dan peraturan yang lebih ketat diperlukan untuk melindungi Flickingeria bancana dari ancaman kepunahan.

Konservasi Flickingeria bancana harus mencakup perlindungan habitat alami dan pengembangan metode perbanyakan in vitro untuk mengurangi tekanan pada populasi liar. Teknologi kultur jaringan telah digunakan pada beberapa spesies anggrek untuk menghasilkan bibit yang dapat ditanam kembali di habitat alami atau di kebun botani. Pentingnya pelestarian anggrek seperti Flickingeria bancana bukan hanya pada nilai estetika atau ekonomi, tetapi juga pada peran ekologis mereka dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Pelestarian spesies ini dapat berkontribusi pada keanekaragaman hayati dan keberlanjutan ekosistem tropis secara keseluruhan.

Sumber:

Susila, Hendry & Wibowo, Aninda & Nugroho, Imam & Bait, Misbakhul & Atmaja, Muhammad & Pamuji, Asri & Sukoco, Teo & Wardhana, Hendra. (2011). Eksplorasi Dan Inventarisasi Anggrek Di Lereng Selatan Gunung Merapi: Data Terakhir Sebelum Erupsi 2010 Orchid Exploration and Inventory in Southern Slope of Mount Merapi: Last Data Before Eruption 2010.

Setiaji, Arkan & Muna, Asyroful & Jati, Fajar & Putri, Fauzana & Semiarti, Endang. (2018). Orchids diversity in Province of Yogyakarta. 10.13057/psnmbi/m040110.

Sesar N.P., Iskandar, Manurung F.T (2020). Keanekaragaman Jenis Anggrek Alam (Orchidaceae) Berdasarkan Ketinggian Tempat Di Gunung Poteng Cagar Alam Raya Pasi Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat. J.Hutan Lestari: 8 (3): 693 – 704.\

Demena M, Raunsay E.K., Agustini V. (2020). Karakter Habitat Jenis-Jenis Anggrek Epifit dan Terestrial di Hutan Kampung Kantumilena Distrik Yokari Kabupaten Jayapura. J.Kehuutanan Papuasia: 6 (1): 62-70.

Dodo dan Hartini S. (2019). Inventarisasi Jenis dan Habitat Anggrek Hutan Bali Barat. Prossiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversiti Indonesia: 5 (1): 1-6.

Penulis : Nizar Hilmy (PEH Terampil)