Taman Nasional Tesso Nilo

PESONA ANGGREK MIKRO BAGIAN II: IDENTIFIKASI MORFOLOGI EKOFISIOLOGIS ANGGREK (Eria pannea Lindl.) TAMAN NASIONAL TESSO NILO

Anggrek, yang dikenal karena nilai estetika yang memukau dan peran ekologisnya yang signifikan, merupakan komponen kunci dalam dinamika kompleks keanekaragaman hayati secara global. Eria pannea, salah satu spesies menarik dalam genus Eria, karena pola distribusi yang unik di Taman Nasional Tesso Nilo, kawasan konservasi yang terletak di Provinsi Riau, Indonesia. Kajian mendalam mengenai distribusi spasial dan faktor ekologi yang memengaruhi keberadaan spesies ini sangat penting untuk mendukung pengembangan strategi konservasi berbasis ilmiah serta menjaga stabilitas ekosistem tropis yang rentan di kawasan tersebut.

Gambar 1. Kenampakan Anggrek In Situ

Eria pannea, spesies anggrek dari famili Orchidaceae yang memiliki daya tarik luar biasa, telah menjadi objek studi intensif dalam bidang botani dan hortikultura. Anggrek ini, yang endemik pada hutan hujan tropis di Asia Tenggara, menunjukkan morfologi unik serta interaksi ekologis yang kompleks dengan habitat alaminya. Penelitian terhadap identifikasi taksonomi dan aspek ekologi E. pannea sangat penting untuk mendukung upaya konservasi serta pengembangan teknik budidaya spesies ini.

Eria pannea, yang secara umum juga disebut sebagai “Eria Berpanel,” adalah anggrek epifit yang ditemukan di kanopi hutan tropis (Ormerod, 2014). Karakteristik morfologinya mencakup umbi semu berbentuk silindris berdaging dan perbungaan terminal yang terdiri atas kumpulan bunga kecil beraroma. Taksonomi spesies ini menjadi topik diskusi yang signifikan, dengan penelitian yang terus dilakukan untuk mengeksplorasi kekerabatannya dengan spesies lain dalam genus Eria (Romero-González et al., 2015).

Gambar 2. Rumpun Eria bersimbion dengan Rumpun Bulbophyllum

Ekofisiologi E. pannea mencerminkan kemampuan adaptasi epifit yang luar biasa (Goh & Kluge, 1989). Spesies ini mengembangkan mekanisme unik untuk memperoleh dan menyimpan air, memungkinkan kelangsungan hidup di lingkungan tajuk hutan yang kering dan miskin nutrisi. Adaptasi ini meliputi keberadaan umbi semu sebagai organ penyimpanan air, struktur akar yang teradaptasi untuk penyerapan air dan nutrisi, serta efisiensi dalam strategi pertukaran gas guna mengatasi tantangan lingkungan.

Konservasi Eria pannea menjadi prioritas, mengingat ancaman signifikan dari degradasi habitat akibat deforestasi dan aktivitas manusia (Sebastian et al., 2021). Kawasan Western Ghats di India, yang merupakan pusat keanekaragaman hayati global, menjadi habitat bagi berbagai spesies anggrek termasuk E. pannea. Upaya pelestarian ekosistem unik ini sangat penting untuk menjaga kelangsungan spesies epifit tersebut.

Gambar 3. Morfologi E. pannea, (1) Bunga, (2) Daun, (3) Batang

Eria pannea seperti pada Gambar 3 merupakan anggrek epifit dengan kebiasaan pertumbuhan simpodial. Batang tanaman berbentuk silindris dan ditutupi bulu halus yang padat, sehingga memberikan tampilan yang khas. (Ormerod, 2014) Daunnya berbentuk lonjong-lanset, dengan tekstur kasar dan pelepah daun yang menonjol serta daun memiliki mekanisme penyimpanan air (sukulen) sehigga dapat beradaptasi pada kondisi kering dan panas, perakaran terbentuk cenderung tipis tidak berair, memungkinkan akar beradaptasi untuk menembus kulit inang dan mencengram kuat inangnya.

Perbungaan Eria pannea merupakan rasema, yang menghasilkan banyak bunga kecil yang tidak mencolok. Setiap bunga terdiri dari perianth dengan enam tepal, tiga di antaranya adalah sepal dan tiga adalah petal. Kolomnya pendek dan kokoh, dengan satu antera yang subur. Warna bunga cenderung cerah Kuning – Jingga, dengan ukuran bunga 3-5 mm, pada petiol bunga terdapat bulu halus berwarna putih yang melapisi hingga sepat belakang sebagai ciri khas dari morfologi bunga tersebut.

Mekanisme penyerbukan dan adaptasi ekologi Eria pannea, seperti pertukaran gas dan hubungan airnya, telah menjadi subjek berbagai penelitian tentang anggrek epifit. Meskipun mekanisme spesifik yang digunakan oleh Eria pannea belum sepenuhnya dipahami, penelitian yang sedang berlangsung tentang ekofisiologi anggrek epifit memberikan wawasan berharga tentang adaptasi kelompok tanaman yang menawan ini.

 

SUMBER PUSTAKA

Goh, C., & Kluge, M. (1989). Gas Exchange and Water Relations in Epiphytic Orchids. In Ecological studies (p. 139). Springer Nature. https://doi.org/10.1007/978-3-642-74465-5_6

Ormerod, P. (2014). A Synopsis ofEriaLindl. SectionCylindrolobus(Blume) Lindl. (Orchidaceae: Eriinae) in Malesia. In Harvard Papers in Botany (Vol. 19, Issue 1, p. 77). Harvard University Press. https://doi.org/10.3100/hpib.v19iss1.2014.n6

Romero‐González, G. A., Carnevali, G., Gerlach, G., & Cetzal-lx, W. (2015). Novelties in the Orchid Flora of Venezuela VIII. Subtribe Eriopsidinae.Eriopsis.1. In Harvard Papers in Botany (Vol. 20, Issue 2, p. 101). Harvard University Press. https://doi.org/10.3100/hpib.v20iss2.2015.n2

Sebastian, J., Kathiresan, D., & Kuriakose, G. (2021). Species diversity and abundance patterns of epiphytic orchids in Aralam Wildlife Sanctuary in Kerala, India. In Journal of Threatened Taxa (Vol. 13, Issue 8, p. 19060). Wildlife Information Liaison Development Society. https://doi.org/10.11609/jott.4852.13.8.19060-19069

Kontributor : Nizar Hilmi, A.Md