Taman Nasional Tesso Nilo

Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo Berbasis Resort Model: Pemulihan Ekosistem SPTN Wilayah II Baserah

Oleh : Tomy Adi Wibowo(1), Nizar Hilmy(2), Mokhamad Anwar (3)

((1)Polisi Kehutanan, (2,3) Pengendali Ekosistem Hutan)

TNTN – Taman Nasional memainkan peran yang sangat penting dalam melestarikan lingkungan alami dan keanekaragaman hayati suatu wilayah. Di Indonesia, sistem kategori kawasan perlindungan telah mengadopsi berbagai jenis kawasan konservasi, termasuk taman nasional, yang memiliki tujuan dan fungsi spesifik (Said & Maryono, 2018). Tujuan utama pengelolaan taman nasional di Indonesia mencakup pelestarian spesies dan keanekaragaman genetik, pemeliharaan jasa ekosistem, serta pengembangan pariwisata dan rekreasi (Said & Maryono, 2018).

Taman Nasional Tesso Nilo adalah salah satu contoh taman nasional yang menjalankan fungsi-fungsi penting tersebut. Kawasan ini menjadi habitat bagi beragam flora dan fauna, termasuk gajah Sumatra dan harimau Sumatra yang berstatus kritis terancam punah (Said & Maryono, 2018). Pelestarian ekosistem unik ini tidak hanya penting untuk melindungi spesies yang terancam, tetapi juga untuk mempertahankan sistem penopang kehidupan di wilayah tersebut, seperti pengaturan sistem air, kesuburan tanah, dan keseimbangan mikroklimat (Dewi et al., 2019).

Pengelolaan kawasan taman nasional dan zona konservasi merupakan elemen krusial dalam upaya keberlanjutan lingkungan, khususnya di wilayah yang mengalami tekanan signifikan akibat aktivitas manusia terhadap ekosistem alami. Dalam beberapa dekade terakhir, terjadi perubahan paradigma dari pendekatan isolasi kawasan konservasi menuju pengintegrasian kawasan ini ke dalam struktur ekonomi, ekologi, dan sosial masyarakat setempat. Pendekatan ini mencerminkan kemajuan yang substansial dalam bidang konservasi, yang mengedepankan keberlanjutan berbasis kolaborasi antara kepentingan manusia dan perlindungan alam (Navarro et al., 2007).

Pengelolaan kawasan konservasi, termasuk taman nasional khususnya di Taman Nasional Tesso Nilo, telah menjadi isu strategis dalam beberapa tahun terakhir akibat peningkatan tekanan dari aktivitas manusia dan tantangan lingkungan. Salah satu pendekatan inovatif yang menarik perhatian adalah model berbasis resor, yang berfokus pada upaya untuk menciptakan keseimbangan antara kebutuhan konservasi dan pengembangan pariwisata secara berkelanjutan (Xu et al., 2009). Pendekatan ini menggarisbawahi peran penting pariwisata dalam menyediakan sumber daya dan insentif yang dibutuhkan untuk pengelolaan kawasan konservasi yang optimal, sekaligus meminimalkan dampak buruk terhadap ekosistem alami (Ogunjinmi et al., 2010).

Konservasi alam berfungsi melindungi sumber daya esensial yang menjadi landasan bagi pariwisata berbasis alam dan destinasi rekreasi (Kamri et al., 2020). Namun demikian, pendirian dan pengelolaan kawasan perlindungan memerlukan investasi finansial yang besar guna memastikan tercapainya keseimbangan antara upaya konservasi dan aktivitas wisata (Kamri et al., 2020). Dalam konteks ini, ekowisata sering dipandang sebagai solusi yang strategis karena memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat, sambil tetap menjaga keutuhan ekologis kawasan melalui pemanfaatan sumber daya secara bijaksana dan ramah lingkungan (Xu et al., 2009).

Model berbasis resor untuk restorasi ekosistem juga memberikan peluang signifikan bagi konservasi keanekaragaman hayati. Dengan menawarkan insentif ekonomi kepada masyarakat lokal untuk terlibat dalam upaya konservasi, model ini dapat meningkatkan apresiasi terhadap nilai sumber daya alam serta mendorong keberlanjutan perlindungan jangka panjangnya (Xu et al., 2009).

Ekosistem yang mengalami degradasi menghadirkan tantangan besar terhadap keberlanjutan lingkungan, karena sering kali kehilangan kapasitas ketahanan dan fungsi ekologis yang esensial untuk mendukung kehidupan masyarakat yang sehat dan berkelanjutan. Namun demikian, pendekatan inovatif seperti ekowisata berbasis masyarakat menawarkan solusi yang potensial untuk merehabilitasi dan menghidupkan kembali kawasan-kawasan yang terdegradasi ini (Samuil & Ionică, 2021). Salah satu pendekatan strategis yang menonjol adalah model resor berbasis ekosistem, yang dirancang untuk mengoptimalkan kemampuan alam dalam proses pemulihan sekaligus menciptakan peluang ekonomi berkelanjutan bagi komunitas lokal.

Keberhasilan model ini sangat bergantung pada keterlibatan aktif masyarakat serta pelestarian warisan alam dan budaya. Sebagaimana diungkapkan dalam berbagai studi, ekowisata berbasis masyarakat mampu meningkatkan struktur ekonomi lokal, melindungi keanekaragaman hayati dan sumber daya lingkungan, menjaga tradisi budaya, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi lingkungan, yang pada akhirnya mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (Xiao-li & Liu, 2010).

Konsep utama dari model resor berbasis ekosistem adalah pengakuan atas keterkaitan erat antara kesejahteraan masyarakat dan kesehatan ekosistem. Dengan mengintegrasikan kebutuhan serta kapasitas lokal ke dalam desain dan pengelolaan resor, pendekatan ini dapat menjadi alat efektif untuk melestarikan warisan budaya dan alam sekaligus memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat (Phelan et al., 2020). Lebih jauh lagi, model ini mampu berperan sebagai katalis dalam pemulihan ekosistem, memanfaatkan potensi keindahan alam dan sumber daya daerah yang sebelumnya terdegradasi untuk menarik wisatawan, menghasilkan pendapatan, serta menciptakan insentif ekonomi yang mendorong investasi dalam konservasi jangka panjang dan pengelolaan ekosistem yang berkelanjutan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, B. S., Harianto, S. P., Febryano, I. G., Rahmawati, D., Dewara, N., Tokita, N., & Koike, S. (2019). Diversity of fauna as one of indicator of forest management in Tahura Wan Abdul Rachman. In IOP Conference Series Earth and Environmental Science (Vol. 399, Issue 1, p. 12107). IOP Publishing. https://doi.org/10.1088/1755-1315/399/1/012107\

Kamri, T., Kasuma, J., Kutok, J., & Darma, D. C. (2020). Do Tourists Willing to Pay for the Value of Environmental Conservation? A Case of Annah Rais Longhouse and Hot Springs. In Journal of Tourism Management Research (Vol. 7, Issue 2, p. 218). https://doi.org/10.18488/journal.31.2020.72.218.228

Ogunjinmi, A. A., Onadeko, S., & Jayeola, O. (2010). Assessment of Interpretive Facilities and the Delivery of Interpretive Services in Nigeria National Parks. In African Research Review (Vol. 4, Issue 1). African Journals OnLine. https://doi.org/10.4314/afrrev.v4i1.58223

Phelan, A., Ruhanen, L., & Mair, J. (2020). Ecosystem services approach for community-based ecotourism: towards an equitable and sustainable blue economy. In Journal of Sustainable Tourism (Vol. 28, Issue 10, p. 1665). Taylor & Francis. https://doi.org/10.1080/09669582.2020.1747475

Samuil, I., & Ionică, A. (2021). Business model based on community for a sustainable tourism development. In MATEC Web of Conferences (Vol. 342, p. 9004). EDP Sciences.https://doi.org/10.1051/matecconf/202134209004

Xiao-li, Z., & Liu, H. (2010). Some Suggestions for Community-Based Ecotourism Management. https://doi.org /10.1109/icmss.2010.5577145

Xu, J., Lü, Y., Chen, L., & Liu, Y. (2009). Contribution of tourism development to protected area management: local stakeholder perspectives. In International Journal of Sustainable Development & World Ecology (Vol. 16, Issue 1, p. 30). Taylor & Francis. https://doi.org/10.1080/13504500 902757189

Said, J., & Maryono, M. (2018). Motivation and Perception of Tourists as Push and Pull Factors to Visit National Park. In E3S Web of Conferences (Vol. 31, p. 8022). EDP Sciences. https://doi.org/10.1051/ e3sconf/20183108022