TNTN, Mei 2025 – Mereka bukan headline, tak disorot kamera, tapi setiap langkah mereka di hutan Tesso Nilo adalah tameng terakhir bagi sisa-sisa hutan alam yang tersisa. Lima petugas gabungan—Polisi Kehutanan, PEH, dan penyuluh—bergerak diam-diam menyusuri wilayah Gunung Melintang, di tengah panas menyengat dan medan liar yang tak ramah.
Selama empat hari, dari 26 hingga 29 April 2025, tim mendapati jejak pelanggaran yang terus berulang: kayu punak yang ditebang, bibit sawit yang siap ditanam, dan bukaan hutan baru e yang rawan terbakar. Bola lampu yang tertinggal jadi bukti, operasi liar ini dilakukan saat malam, diam-diam merusak.
Tak sekadar mengawasi, para petugas juga bertindak: memasang plang peringatan, memberi teguran pada warga yang melintas tanpa izin, hingga berkoordinasi dengan pihak perusahaan untuk membongkar jaringan perambah yang diperintah seorang oknum masyarakat. Sembilan pekerja sempat ditemukan, dengan target membuka lahan, sebagian menyerempet zona penyangga.
Hari-hari di lapangan bukan tanpa tantangan. Kendaraan bocor, akses yang tertutup vegetasi, jembatan yang rusak. Namun mereka tetap melangkah. Di antara semak kering dan ancaman kebakaran, mereka masih menemukan tanda-tanda harapan: bibit pulai yang tumbuh dan kantong semar yang bertahan hidup di habitatnya.
“Yang penting kawasan tetap utuh, dan kami terus ada untuk itu,” ucap salah satu anggota tim. Sederhana, tapi berat maknanya.
Ini bukan soal patroli rutin. Ini soal nyali, kesetiaan, dan cinta yang tak terucap untuk hutan yang nyaris ditinggalkan semua orang.