Taman Nasional Tesso Nilo

Menembus Banjir, Menjaga Hutan: Perjuangan Senyap Tim Patroli Baserah

TNTN, 10 April 2025 Dengan sepatu lumpur dan langkah tak gentar, tim patroli hutan SPTN Wilayah II Baserah menuntaskan tugas selama lima hari penuh tantangan, 4–8 April 2025. Di bawah komando Kepala SPTN Baserah, lima personel tangguh menyusuri belantara, memastikan hutan alam tetap terjaga dari ancaman tangan-tangan nakal.

Berbekal peta kerja, drone, dan plang peringatan, mereka bergerak dari satu grid ke grid lainnya. Di Grid M21, kamera trap yang dipasang sejak Februari merekam keberadaan satwa langka seperti tapir, kijang, landak, bahkan kucing kuwuk, bukti bahwa denyut kehidupan liar masih berdetak di kedalaman hutan Baserah.

Namun perjuangan mereka tidak berhenti di situ. Grid L18 menjadi sorotan, di mana tim menemukan bukaan hutan yang masih aktif, meski sebelumnya telah dilakukan pemusnahan tanaman sawit ilegal. “Kami juga temukan lokasi yang sebelumnya ditanami jengkol dan durian, kini mati dan tanpa penambahan bukaan,” ungkap Anton Yus Jenri Simamora, salah satu anggota tim.

Kesulitan memuncak saat banjir melanda Sungai Tembago di Grid J18, memaksa tim mencari jalur alternatif. “Kami coba lewat Cinta Damai, tapi tetap saja banjir. Syukurlah, kata warga, banjir mulai surut,” cerita Muhammad Abdi sambil memantau kawasan lewat drone.

Tak hanya patroli, tim juga melakukan silaturahmi ke masyarakat sekitar, memperkuat sinergi untuk menjaga hutan bersama. Pemasangan plang peringatan di jalur patroli pun jadi langkah nyata memberi pesan tegas bagi pelaku perambahan.

Tim merekomendasikan penegakan hukum lebih lanjut di lokasi rawan, serta penambahan herbisida untuk memusnahkan tanaman sawit ilegal yang masih tersisa.

Di balik lebatnya kanopi hutan dan rintangan alam, kerja senyap para penjaga rimba ini menjadi benteng terakhir penyelamat ekosistem. Baserah masih berdiri tegak — berkat mereka.