Taman Nasional Tesso Nilo

Kehutanan 4.0 : Pengembangan Drone Tabur Benih Dalam Upaya Pemulihan Ekosistem Di Taman Nasional Tesso Nilo

Bersumber dari majalah kenari edisi 2 tahun 2024 – PUSLUH KLHK

Oleh: Dendy Sukma Haryadi, S.Si – Polisi Kehutanan Ahli Pertama, BTN Tesso Nilo

Kehutanan 4.0 merupakan istilah yang digunakan untuk perluasan konsep industri 4.0 pada sektor kehutanan. Konsep ini mencakup integrasi teknologi canggih dan inovasi digital dalam pengelolaan sektor kehutanan secara keseluruhan. Beberapa cakupannya yaitu internet of things (IoT), big data analysis, drone dan penginderaan jauh, Sistem Informasi Geospasial (SIG), mesin automasi dan kecerdasan buatan (artificial intelligence).

Teknologi drone (pesawat tanpa awak) berkembang dengan sangat pesat. Pada awalnya, drone hanya digunakan terbatas untuk sektor militer.  Dalam beberapa tahun terakhir, drone telah memberikan banyak manfaat terutama pada sektor industri kreatif (fotografi dan pembuatan film), survei dan pemetaan serta pertanian (penyiraman pupuk dan pestisida cair serta penilaian kualitas tanaman). Secara umum, drone terbagi dalam 4 (empat) jenis yaitu fixed wing, single rotor, multi rotor dan hybrid fixed wing.

Di Indonesia, drone telah dimanfaatkan dalam sektor kehutanan. Pemanfaatan drone pada sektor kehutanan seperti pengawasan kebakaran hutan, perubahan tutupan lahan dan pengawasan kegiatan pembalakan liar. Selain itu, TN Kutai telah mengembangkan drone thermal untuk pendataan potensi keanekaragaman hayati sejak tahun 2022. Selanjutnya, TN Tanjung Puting telah memanfaatkan drone thermal dan drone lidar untuk mendapatkan data populasi orangutan dan survey ketinggian pohon secara akurat.

Taman Nasional Tesso Nilo

Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) merupakan kawasan pelestarian alam yang memiliki tingkat keanekaragaman tanaman berpembuluh tinggi serta sebagai habitat bagi satwa terancam punah seperti Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) dan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Kawasan ini mempunyai ekosistem asli berupa hutan hujan tropis dataran rendah (lowland tropical rainforest) serta dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya dan pemanfaatan kondisi lingkungan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :  SK.6588/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 28 Oktober 2014, luas kawasan TNTN ditetapkan seluas 81.793 Hektar yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu Provinsi Riau.

Ancaman dan gangguan terhadap kawasan TNTN sudah sejak lama terjadi, bahkan sejak berdirinya kawasan ini tahun 2004. Gangguan utama di kawasan TNTN terutama berupa perambahan kawasan untuk dialihkan menjadi kebun sawit, illegal logging dan pembakaran hutan. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya degradasi hutan dan fragmentasi habitat satwa liar di kawasan TNTN.  Berdasarkan hasil analisa citra dan groundcheck lapangan tahun 2023, Luas areal terbuka adalah seluas 18.697 ha (22.86%) dari total luas kawasan TNTN.

Gambar 1. Peta tutupan hutan TNTN tahun 2023 (Sumber : Balai TNTN)

Pemulihan Ekosistem Tesso Nilo

Pemulihan Ekosistem adalah kegiatan pemulihan ekosistem KSA/KPA termasuk didalamnya pemulihan terhadap alam hayatinya sehingga terwujud keseimbangan alam hayati dan ekosistemnya di kawasan tersebut. Tujuan pemulihan ekosistem penyusun KSA dan KPA adalah untuk mengembalikan sepenuhnya integritas ekosistem: a. kembali ke tingkat/kondisi aslinya b. kepada kondisi masa depan tertentu (Desired Future Condition/DFC) sesuai dengan tujuan pengelolaan kawasan.

Upaya terhadap pemulihan ekosistem di TNTN terus dilakukan, baik secara mandiri maupun bersama dengan para pihak. Beberapa kegiatan pemulihan ekosistem telah dilaksanakan yaitu Rehabilitasi Hutan dan Lahan seluas 2.350 ha (BPDAS Indragiri Rokan), Rehabilitasi DAS seluas 1.364 ha (EMP Mallaca Strait dan PT. Bumi Siak Pusako), swakelola seluas 50 ha dan suksesi alami seluas 453 ha. Sehingga luasan total kegiatan Pemulihan Ekosistem di TNTN dalam rentang waktu 2018 – 2023 adalah seluas 4.217 ha. Selain kegiatan di atas, Balai TNTN sebagai pengelola kawasan juga telah melakukan upaya pemulihan secara mandiri. Tercatat sebanyak 1.827 batang bibit tanaman pohon dan 30 kg benih telah ditanam dan disebar secara mandiri di 24 titik di kawasan TNTN.

    Gambar 2. Peta kegiatan pemulihan ekosistem TNTN tahun 2018-2023 (Sumber : Balai TNTN dan Dendy Sukma Haryadi)

Pengembangan Drone Tabur Benih pada Pemulihan Ekosistem TNTN

Drone tabur benih merupakan teknologi yang menggunakan drone untuk menyebarkan benih secara efisien di lahan pertanian. Beberapa manfaat drone tabur benih diantaranya yaitu a. efisiensi (mengurangi waktu dan tenaga untuk penyebaran benih); b. presisi (drone dapat menaburkan benih dengan tingkat akurasi tinggi memanfaatkan teknologi GPS dan sistem pemetaan); c. akses ke wilayah sulit dijangkau; d. pengurangan kerusakan tanah.

Balai TNTN mengadakan drone tabur benih pada tahun 2024. Teknologi ini diharapkan dapat digunakan untuk mempercepat upaya pemulihan ekosistem. Agar teknologi ini dapat digunakan secara tepat dan maksimal maka perlu diadakan pelatihan tentang tata cara pengoperasian drone tabur benih bagi petugas TNTN. Pada tanggal 4 dan 5 Juli 2024 telah dilaksanakan pelatihan pengoperasian drone tabur benih bagi petugas TNTN oleh penyedia drone  yaitu PT. Asaba Agro Teknologi. Setelah pelatihan selesai dilaksanakan, 7 (tujuh) orang petugas TNTN telah ditetapkan sebagai operator drone tabur benih.

Gambar 3. Pelatihan pengoperasian drone tabur benih bagi petugas TNTN (Sumber : Balai TNTN dan Dendy Sukma Haryadi)

Drone ini dapat digunakan untuk menebarkan benih (penggunaan spreader) dan penyemprotan cairan seperti pestisida (tangki penyiram dan nozzle) secara bergantian. Spreader yang digunakan terdiri dari tangki/penampung benih yang disebut hopper dan alat pengatur pengeluaran benih yang disebut seed metering devices. Berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, tercatat bahwa drone tabur benih memiliki kapasitas muat sekitar 15 kg benih padi, kecepatan tanam sebesar 2-3 km/jam dengan ketinggian 1,5-2 meter dari permukaan tanah, lebar kerja 4 meter dan kapasitas kerja 0,8-1 ha/jam.

Gambar 3. Drone tabur benih Sekar Agri (Sumber : PT. Asaba Agro Teknologi)

Beberapa point penting dalam pengoperasian drone tabur benih yaitu pemilihan lokasi yang baik untuk penerbangan, pengaturan alat dengan teliti, kalibrasi alat sebelum penerbangan, terbang dengan aman dan pengaturan pasca penerbangan (unsetting). Selain point penting diatas, mekanisme pengoperasian drone tabur benih dapat dikategorikan sederhana. Operator drone bertugas untuk memasukkan data program ke remote control dan melakukan pengisian benih sebanyak 80% dari kapasitas ke dalam tangki spreader. Setelah itu, drone akan terbang otomatis untuk menaburkan benih sesuai data program yang telah dimasukkan.

Rencana pemulihan ekosistem di kawasan TNTN kedepannya akan mengkombinasikan teknologi drone tabur benih yang terus dikembangkan dengan upaya pemulihan ekositem yang selama ini telah dilakukan.