TNTN, Januari 2025 – Tesso Nilo, sebuah benteng terakhir keanekaragaman hayati di Sumatera, kembali menjadi saksi perjuangan tak kenal lelah tim patroli hutan SPTN Wilayah II Baserah. Dalam misi yang berlangsung pada 14-18 Januari 2025, lima petugas melangkah menembus rimba dan hujan, membawa semangat menjaga alam dari ancaman kerusakan.
Patroli kali ini berfokus pada wilayah grid yang diidentifikasi rawan. Meski jalur menuju lokasi telah dipenuhi semak resam, tekad mereka tak tergoyahkan. Di sana, mereka menemukan pal batas beton dengan kondisi baik serta tegakan pohon besar yang masih berdiri kokoh, menjadi penanda harapan.
Grid lainnya membawa kabar menggembirakan. Tanaman pemulihan ekosistem seperti petai, mahoni, dan jengkol, hasil rehabilitasi pasca kebakaran 2023, tumbuh subur. Namun, di balik kabar baik itu, jejak satwa liar seperti tapir, kuau, dan gajah sumatera di sepanjang jalur mengingatkan tim akan tanggung jawab besar mereka menjaga habitat ini.
Ancaman nyata muncul di area lainnya, di mana ditemukan lahan sawit ilegal lengkap dengan pondok dan pekerja. Setelah memberikan peringatan kepada pekerja, tim memusnahkan 70 tanaman sawit. “Kami juga membuat plang peringatan untuk memastikan tidak ada aktivitas ilegal berulang,” ujar Tomy, salah satu anggota tim.
Musim hujan menambah tantangan, namun justru mempererat hubungan tim dengan masyarakat lokal. Mereka tak segan singgah di pondok-pondok, menyampaikan imbauan untuk melindungi hutan. “Kami ingin masyarakat menjadi bagian dari upaya pelestarian ini, bukan sebaliknya,” tambah Septo.
Ke depan, tim merekomendasikan patroli intensif di lokasi-lokasi rawan serta penambahan cairan herbisida untuk mendukung tugas mereka. Bagi mereka, menjaga Tesso Nilo adalah tentang memastikan anak cucu masih bisa melihat alam yang sama megahnya seperti hari ini.
Semangat para penjaga ini adalah nyala api kecil yang tetap bertahan, bahkan di tengah hujan deras. Di Tesso Nilo, perjuangan tak pernah selesai, tapi harapan selalu hidup.
