Selama lima hari, dari 10 hingga 14 Januari 2025, tim menyusuri kawasan kritis di area 193 hektar. Jalan berlumpur dan hujan deras menjadi tantangan yang tak mudah. Namun, setiap hambatan dihadapi dengan tekad kuat. Ketika hujan memaksa mereka menghentikan langkah di hari pertama, mereka tak menyerah. Hari berikutnya, tim melanjutkan patroli ke arah Simpang Sinta meskipun jalanan sulit dilalui. Di tengah perjalanan, spanduk larangan dipasang sebagai pengingat tegas bagi siapa pun yang berniat melanggar.
Semangat juang terlihat jelas pada Senin, 13 Januari. Di area yang dipenuhi potensi konflik, tim menemukan pondok baru dan aktivitas perambahan, seperti penebangan kayu dan persiapan lahan sawit. Mereka memberikan peringatan keras kepada para pelaku dan menegaskan bahwa kawasan hutan tidak untuk diduduki. Perjuangan ini tak hanya melibatkan pengawasan, tetapi juga dialog, demi menanamkan kesadaran pada masyarakat lokal.
“Curah hujan tinggi menjadi penghalang aktivitas ilegal,” ungkap Jumeri, salah satu warga setempat yang menjadi saksi aktivitas tim. Namun, ancaman tetap ada. Pada hari terakhir, tim kembali mendapati pelanggaran berupa pemancangan lahan baru, menandai betapa pentingnya pengawasan berkelanjutan.
Dengan dedikasi dan keberanian, tim patroli menjadi garda terdepan dalam menjaga Tesso Nilo sebagai paru-paru dunia, memberikan harapan baru untuk kelestarian hutan bagi generasi mendatang.